Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini umumnya menyerang paru-paru, tetapi dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti ginjal, tulang belakang, dan otak. TB menyebar melalui udara ketika seseorang dengan TB aktif batuk, bersin, atau berbicara, sehingga orang lain bisa menghirup bakteri tersebut. Meskipun TB adalah penyakit serius, ia dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat. Pengobatan tuberkulosis melibatkan penggunaan obat-obatan khusus dalam jangka waktu yang panjang untuk membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.
Obat-Obatan untuk Tuberkulosis
Pengobatan untuk TB aktif biasanya melibatkan kombinasi beberapa jenis antibiotik yang harus diminum selama 6 hingga 12 bulan. Kombinasi ini diperlukan untuk memastikan bahwa semua bakteri TB, termasuk yang resisten terhadap satu atau lebih obat, dapat dihancurkan.
Berikut adalah obat-obatan utama yang digunakan dalam pengobatan tuberkulosis:
-
Isoniazid (INH)
Isoniazid adalah salah satu obat utama dalam pengobatan TB. Obat ini bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel bakteri, yang mengakibatkan kematian bakteri. Isoniazid sangat efektif, tetapi sering diberikan bersamaan dengan obat lain untuk mengurangi risiko resistensi. -
Rifampisin (Rifampin)
Rifampisin adalah antibiotik kuat yang digunakan secara luas dalam pengobatan TB. Obat ini bekerja dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk sintesis RNA bakteri, sehingga menghentikan pertumbuhan bakteri TB. Rifampisin sering menyebabkan urine, keringat, dan air mata berubah warna menjadi oranye, tetapi ini adalah efek samping yang normal. -
Pyrazinamid
Pyrazinamid adalah obat penting lainnya yang digunakan dalam fase awal pengobatan TB. Obat ini efektif dalam kondisi asam seperti yang ditemukan di lingkungan infeksi TB. Meskipun mekanisme kerjanya belum sepenuhnya dipahami, pyrazinamid membantu mempercepat pemulihan dengan memperpendek durasi pengobatan. -
Etambutol
Etambutol adalah obat yang bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel bakteri TB. Obat ini sering diberikan bersama isoniazid dan rifampisin. Salah satu potensi efek samping dari etambutol adalah gangguan penglihatan, sehingga dokter biasanya memonitor fungsi mata selama pengobatan. -
Streptomisin
Streptomisin adalah antibiotik yang diberikan melalui suntikan, dan biasanya digunakan pada kasus TB yang resisten terhadap pengobatan lini pertama atau pada infeksi TB yang lebih parah. Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri.
Pengobatan TB Resisten Obat (MDR-TB dan XDR-TB)
Dalam beberapa kasus, bakteri TB bisa menjadi resisten terhadap obat-obatan standar, seperti isoniazid dan rifampisin. Kasus ini dikenal sebagai TB resisten obat, atau Multidrug-resistant TB (MDR-TB). Untuk menangani MDR-TB, dokter menggunakan obat-obatan alternatif yang lebih kuat, seperti:
- Levofloxacin atau Moxifloxacin, yang merupakan antibiotik dari kelas fluoroquinolone.
- Kanamisin atau Amikasin, antibiotik yang diberikan secara injeksi.
Jika bakteri TB lebih lanjut resisten terhadap obat-obatan yang lebih kuat, kondisi ini dikenal sebagai Extensively drug-resistant TB (XDR-TB). Pengobatan untuk XDR-TB memerlukan penggunaan obat-obatan tambahan yang lebih agresif, dan durasi pengobatannya bisa lebih lama, hingga 20-24 bulan.
Protokol Pengobatan TB
Pengobatan TB harus dilakukan secara teratur dan disiplin. Jika pengobatan dihentikan terlalu cepat atau dosis tidak diambil sesuai anjuran, bakteri TB dapat menjadi resisten terhadap obat. Karena itu, Directly Observed Treatment, Short-course (DOTS) sering dianjurkan. DOTS adalah program di mana pasien meminum obat di bawah pengawasan petugas kesehatan untuk memastikan kepatuhan.
Pengobatan TB dibagi menjadi dua fase utama:
-
Fase Intensif (2 bulan pertama)
Dalam fase ini, pasien biasanya diberikan kombinasi dari empat obat (isoniazid, rifampisin, pyrazinamid, dan etambutol) untuk menurunkan jumlah bakteri secara cepat. -
Fase Lanjutan (4-6 bulan berikutnya)
Pada fase ini, pasien hanya diberikan dua obat (isoniazid dan rifampisin) untuk membunuh bakteri yang tersisa dan mencegah kambuhnya penyakit.
Efek Samping Pengobatan TB
Obat-obatan TB bisa menimbulkan efek samping, meskipun tidak semua pasien mengalaminya. Beberapa efek samping yang paling umum meliputi:
- Mual atau muntah
- Hilangnya nafsu makan
- Warna urin yang berubah (menjadi oranye atau merah muda)
- Nyeri sendi
- Masalah penglihatan (khususnya dari penggunaan etambutol)
Pasien dianjurkan untuk segera melaporkan kepada dokter jika mengalami efek samping yang parah seperti gangguan penglihatan, masalah hati (kulit atau mata menguning), atau kejang.
Kesimpulan
Tuberkulosis adalah penyakit yang dapat diobati dan disembuhkan dengan menggunakan kombinasi antibiotik dalam jangka waktu yang panjang. Pengobatan yang konsisten dan teratur sangat penting untuk mencegah resistensi obat dan memastikan pemulihan penuh. Melalui pengawasan medis yang baik, kepatuhan terhadap pengobatan, dan program pencegahan seperti vaksinasi BCG, angka kasus TB global dapat terus ditekan.
Pengobatan yang tepat tidak hanya menyembuhkan pasien, tetapi juga membantu mengurangi penyebaran penyakit di masyarakat.